Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada
orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan
mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala.
Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya.
Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti
terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang
yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak
kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia
terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan
menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku
(Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas
disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab,
“Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan
al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).
Inilah Ciri-ciri Muslim Sejati :
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al Fath 29]
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/11/30/haram-berteman-dengan-kafir-harbi-dan-membunuh-sesama-muslim
Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Muslim sejati tidak akan Bughot/Berontak terhadap pemerintahan yang ada:
Arfajah Ibnu Syuraih Ra berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Barangsiapa datang kepadamu ketika keadaanmu bersatu, sedang
ia ingin memecah belah persatuanmu, maka bunuhlah ia.” Riwayat Muslim.
Dari Abu Said al Khudriy bahwa Rasulullah saw bersabda,”Apabila ada baiat kepada dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR. Ahmad)
Terhadap seorang rakyat yang menghina dirinya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata:
“Aku tidak seburuk Fir’aun
Dan Kamu tidak sebaik Musa.
Apa firman Allah kepada Musa:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah
melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
[Thaahaa 43-44]
Muslim sejati tak akan membunuh sesama Muslim:
Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh
dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu
untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw
menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/04/23/hukum-bughot-pemberontakan-dalam-islam
Muslim sejati tidak akan menyakiti sesama Muslim baik dengan lisan, apalagi dengan tangannya:
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim itu bersaudara terhadap muslim lainnya, ia tidak boleh menganiaya dan menghinanya. Seseorang cukup dianggap berlaku jahat karena ia menghina saudaranya sesama muslim.”(HR.Muslim)
Termasuk perbuatan mencaci muslim di antaranya adalah menyakiti, mencela, mengadu domba serta senang menyebarkan gosip yang tidak benar, mencemarkan nama baik sehingga bisa merusak keluhuran martabat saudaranya, dan membuka rahasia pribadi yang tidak patut diketahui orang lain.
Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin
laki-laki atau perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka
sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS.
AlAhzab:58)
Muslim sejati, tidak akan mudah mengkafirkan sesama Muslim. Hanya Jumhur Ulama yang bisa melakukan itu:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [An Nisaa' 94]
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Rosululloh saw., bersabda:
من صلّى صلاتنا واستقبل قبلتنا وأكل ذبيحتنا فذلك المسلم
Barang siapa yang sholat sebagaimana kami sholat, menghadap ke kiblat
kami dan memakan sembelihan kami maka ia muslim.” (Hadits ini
diriwayatkan oleh Al-Bukhori no. 391. Ibnu Hajar dalam syarahnya
mengatakan: “Di dalam hadis ini menunjukkan bahwa masalah manusia itu
dianggap yang nampak padanya. Maka barangsiapa yang menampakkan
syi’ar-syi’ar agama diberlakukan padanya hukum-hukum yang berlaku pada
pemeluk agama tersebut selama ia tidak menampakkan sesuatu yang
bertentangan dengan hal tersebut.” (Fathul Bari I/497)
Dari hadits di atas jelas kalau seseorang Sholat, berarti dia Muslim. Karena dalam sholat itu ada Salam dan juga ada Tahlil.
Mungkin ada yang berdalih dengan Hadits Abu Bakar yang memerangi orang yang tidak bayar zakat untuk membunuh orang yang sholat:
Mereka tidak paham konteks hadits tsb. Abu Bakar bertindak selaku Khalifah. Kepala Negara yang memerangi kaum yang tidak mau bayar zakat. Karena memungut dan mengelola zakat itu adalah tugas pemerintah. Tapi kalau bukan Khalifah, misalnya cuma orang biasa, tidak bisa dia seenaknya membunuh orang yang tidak bayar zakat atau tidak sholat. Malah dosa dan bikin fitnah.
Muslim sejati tidak akan membunuh orang2 Islam yang mereka kafirkan:
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang
mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan
sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha
illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah
karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu
mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Lihat hadits di atas saat Usamah berkilah: “Ah dia berpura2″ Ah dia
taqiyah! Ah dia berbohong. Tidak pantas kita berdalih seperti itu karena
kita manusia tidak tahu isi hati mereka. Kita hanya bisa menilai zahir
lisan, tulisan, dan perbuatan mereka.
Dan hadits Ibnu Umar tentang Kholid yang membunuh tawanan Bani Jadzi’ah setelah mereka mengucapkan:
صبأنا صبأنا
Artinya menurut mereka adalah “Kami telah Islam.” Dan pengingkaran nabi
terhadap Kholid. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhori.
Nabi Muhammad amat marah kepada Khalid bin Walid karena itu
Post a Comment